Senin, 22 November 2010

macam penyakit ikan dan pencegahannya


PENDAHULUAN
Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh para pembudi daya ikan karena berpotensi menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Kerugian tersebut dapat berupa kematian ikan dan penurunan kualitas ikan sehingga secara ekonomis akan berakibat pada penurunan harga. Timbulnya penyakit ikan merupakan interaksi antara jasad patogen (jasad penyebab penyakit), ikan (inang) dan lingkungan. Beberapa jenis penyakit ikan telah diketahui keberadaannya di Indonesia, dan banyak diantaranya yang telah menimbulkan wabah yang cukup hebat dan menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Berdasarkan informasi pada 2005 sebanyak 47 ton ikan Gurame dan 2,1 juta ekor benih Gurame yang siap dipasarkan mati disebabkan penyakit Aeromonas hydrophyla di Nagari Lubuk Pandan Kecamatan 2×11 Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat.
Usaha pengendalian penyakit dengan menggunakan bahan kimia dan antibiotik telah lama dilaksanakan oleh pembudi daya ikan. Namun dengan cara ini telah pula banyak menimbulkan masalah diantaranya berupa pencemaran lingkungan, timbulnya organisme yang resisten terhadap bahan-bahan tersebut serta timbulnya masalah residu pada produk perikanan.
Guna menanggulangi penyakit ikan di Nagari Lubuk Pandan Kecamatan 2×11 Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman dalam pelaksanaan Program Rintisan Akselerasi dan Sosialisasi Teknologi Inovasi Kelautan dan Perikanan (Prasasti Mina), sejak tahun 2007 telah dilakukan berbagai upaya penanggulangan penyakit ikan baik aspek teknis perikanan maupun pengembangan SDM pembudi daya ikan untuk melaksanakan tatalaksana pembudidayaan ikan yang baik. Beberapa kegiatan penyuluhan antara uji adaptasi di lapangan penggunaan vaksin ikan anti Aeromonas hydophyla produk Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar BRKP DKP, Temu Lapang pengendalian penyakit ikan, demonstrasi cara penggunaan vaksin ikan kepada kelompok pembudi daya ikan serta kegiatan penyuluhan perikanan lainnya.
Usaha penanggulangan penyakit dapat berupa pengobatan (curative) dan pencegahan (preventive). Pencegahan dirasakan lebih menguntungkan apabila dibanding dengan pengobatan. Karena dengan pengobatan selain dapat menimbulkan pencemaran dan mahal, juga tidak dapat memecahkan masalah dengan tuntas. Oleh karena itu usaha penanggulangan yang paling efisien adalah berupa pencegahan dan pengobatan penyakit ikan menggunakan bahan alami yang ada di sekitar lingkungan.
PENYAKIT IKAN DAN PENYEBABNYA
Penyebab penyakit ikan golongan parasit
Penyakit ikan golongan parasit dibagi menjadi penyakit yang disebabkan oleh protozoa, helminthes (cacing), dan crustacea (udang-udangan). Parasit protozoa yang dilaporkan menyerang ikan air tawar antara lain meliputi Costia, Chilodonella, Trichodina, Ichthyophthirius multifiliis, Myxobolus dan Myxosoma cerebralis. Penyakit yang disebabkan oleh parasit cacing dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok besar yaitu Platyhelminthes, Nematoda, dan Acanthocephala. Di Indonesia dikenal antara lain 2 genus dari kelas Trematoda yang banyak ditemukan menyerang ikan air tawar yaitu Dactylogyrus dan Gyrodactylus. Walaupun masih ada jenis-jenis lain namun kedua jenis cacing tersebut di atas yang paling sering ditemukan pada ikan.
Penyebab penyakit ikan golongan jamur
Beberapa jenis penyakit jamur yang termasuk berbahaya untuk ikan antara lain adalah Aphanomyces, Branchiomyces, dan Ichthyophonus. Jamur yang paling sering ditemukan pada ikan air tawar adalah Saprolegnia sp. dan Achlya sp.
Penyebab penyakit ikan golongan bakteri
Beberapa jenis penyebab penyakit ikan golongan bakteri yang sering menimbulkan kerugian dalam usaha budidaya ikan antara lain meliputi Aeromonas hydrophila, Aeromonas salmonicida, Mycobacterium spp, Nocardia sp., Edwardsiella tarda, Edwardsiella ictaluri, Streptococcus spp., Pasteurella sp, Yersinia ruckeri, Pseudomonas sp. dan Streptomyces sp.
Penyebab penyakit ikan golongan virus
Beberapa jenis virus diketahui dapat menyerang ikan-ikan budidaya dan menimbulkan permasalahan yang serius antara lain Channel Catfish Virus Disease (CCVD), Spring Viraemia of Carp (SVC), Infectious Pancreatic Necrosis (IPN), Lymphocystis Disease (LD), Infectious Hematophoietic Necrosis (IHN), Viral Nervous Necrosis (VNN) dan Koi Herpes Virus (KHV).
PENCEGAHAN PENYAKIT IKAN
Pada prinsipnya pencegahan dapat ditinjau berbagai pendekatan lingkungan, inang dan pathogen.
Pendekatan lingkungan dilakukan dengan menjaga kualitas air supaya tetap mendukung bagi kehidupan ikan, menjaga wadah budidaya tetap bersih dan sehat dan menghindari pengggantian air yang mendadak sehingga tidak menyebabkan ikan menjadi stress. Selain itu penggunaan probiotik/bioremediasi kini sudah banyak dilaksanakan.
Pendekatan inang dilakukan dengan cara penanganan ikan yang baik/tidak kasar, sehingga tidak mengakibatkan ikan menjadi luka/lecet dan tidak stress, pengaturan kepadatan ikan yang disesuaikan dengan ukuran ikan dan daya dukung lahan, pemberian pakan yang tepat mutu (mengandung bahan nutrisi yang diperlukan oleh ikan). Pakan yang diberikan harus sesuai dengan ukuran bukaan mulut ikan (tepat ukuran). Selain itu pemberian pakan harus tepat waktu pemberian artinya kapan waktu yang tepat untuk memberi pakan. Misalnya untuk ikan yang sifatnya nocturnal (misalnya ikan Lele) pakan porsi terbanyak sebaiknya diberikan pada waktu sore atau malam hari. Sedangkan bagi ikan yang non-nocturnal maka pakan bisa diberikan pagi, siang dan sedikit pada waktu sore hari. Guna menjaga kesehatan ikan juga dapat dilakukan dengan menimbulkan kekebalan ikan. Kekebalan pada ikan dapat dibedakan menjadi kekebalan yang specific (humoral) dan kekebalan non-specific (selular/cell-mediated immunity). Kekebalan spesifik artinya kekebalan yang dibentuk hanya efektif untuk mencegah terhadap suatu patogen tertentu. Misalnya pemberian vaksin anti Vibrio pada ikan maka kekebalan yang terbentuk hanya mampu untuk mencegah penyakit akibat infeksi bakteri Vibrio sp. Sedang kekebalan yang non-spesific adalah kekebalan yang dibentuk untuk sebagai anti dari berbagai infeksi. Kekebalan seperti ini biasa diproduksi dengan cara pemberian immunomodulator yaitu antara lain Vitamin C, Lypopolysaccharide (LPS), dan ?- glucan.
Pendekatan patogen, pada prinsipnya kita menjaga supaya virulensi patogen tidak meningkat. Virulensi patogen biasanya berkaitan erat dengan makin memburuknya lingkungan dan juga dengan derajat stres dari inangnya. Jadi supaya patogen tidak meningkat patogenitasnya kita harus menjaga agar kondisi lingkungan tidak semakin buruk dan menjaga agar inang tetap dalam keadaan kondisi yang prima. Kondisi lingkungan yang makin buruk akan memacu perkembangan patogen lebih meningkat.
Pada intinya, mencegah penyakit dapat dilakukan melalui manajemen budidaya secara menyeluruh, termasuk di dalamnya penerapan padat tebar yang disesuaikan dengan daya dukung lahan, melaksanakan manajemen lingkungan dan manajemen pakan. Manajemen lingkungan yang dimaksud adalah menjaga lingkungan perairan supaya selalu berada dalam kondisi yang kondusif bagi kehidupan ikan dan tidak banyak menimbulkan tekanan. Pakan yang diberikan pada ikan harus tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu pemberian dan tepat ukuran.
PEMANFAATAN TANAMAN OBAT TRADISIONAL DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT IKAN
Salah satu alternatif penanggulangan penyakit ikan air tawar yang aman adalah dengan menggunakan tanaman obat. Bahan obat lain yang relatif lebih aman untuk lingkungan dan efektif dalam mengobati penyakit ikan dapat menggunakan bermacam-macam tanaman obat tradisional. Indonesia sebagai negara tropis memiliki kekayaan tanaman yang berpotensi menjadi obat. Banyak jenis tanaman yang mengandung senyawa yang bersifat antimikroba. Sejumlah tanaman mengandung senyawa bersifat bakterisidal (pembunuh bakteri), dan bakteristatik (penghambat pertumbuhan bakteri). Dari beberapa percobaan, fitofarmaka terbukti efektif mengatasi penyakit ikan air tawar dan memiliki beberapa keuntungan, seperti : Pertama, dapat menjadi bahan alami pengganti antibiotik untuk pengendali penyakit yang disebabkan bakteri. Kedua, ramah terhadap lingkungan, mudah hancur/terurai, dan tidak menyebabkan residu pada ikan dan manusia. Ketiga, mudah diperoleh dan tersedia cukup banyak, keempat harganya ekonomis dan cukup murah.
Fitofarmaka yang dapat dijadikan pengganti antibiotik untuk mengatasi penyakit ikan air tawar adalah bawang putih (Allium sativum), dan daun ketapang (Termmalia cattapa). Hasil penelitian lainnya menginformasikan bahan lain yang dijadikan bahan antibiotik adalah daun sirih (Piper betle L), daun jambu biji (Psidium guajava L), jombang (Taraxacum officinale) dan daun sambiloto (Androgaphis paniculata). Daun sirih diketahui berdaya antioksidasi, antiseptik, bakterisida, dan fungisida. Tanaman sambiloto bersifat anti bakteri, sedangkan daun jambu biji selain bersifat anti bakteri juga bersifat anti viral. Beberapa tanaman obat yang sudah ditelitI oleh peneliti dari BRKP DKP pada Tabel 1.
Tabel 1. Tanaman obat dan manfaatnya
No Jenis Tanaman Dosis Perlakuan Peruntukan/Khasiat
1 Meniran
5000 mg/l
Rendam (5 jam)
Anti. Aeromonas hydrophila

2 Kipahit
10.000 mg/l
Rendam (3 jam)
Anti. Mycobacteriosis

3 Daun semboja
600-700mg/l
Rendam
Anti Aeromonas hydrophila

4 Sambiloto 200-300 mg/l
Rendam (lama)
Anti Aeromonas hydrophila

400 mg/l Rendam (lama) Meringankan KHV
Penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang potensi ekstrak daun kipahit (Picrasma javanica) dalam penanggulangan penyakit “mycobacteriosis” pada ikan Gurame telah dilakukan di Laboratorium penyakit ikan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor. Ekstrak daun kipahit secara invitro pada berbagai dosis diuji efektifitasnya terhadap bakteri Mycobacterium fortuitum. LC50 bakteri Mycobacterium fortuitum dan toksisitas ektrak daun juga diuji terhadap ikan uji. Kegunaan ekstrak daun juga diuji bagi pengobatan ikan Gurame yang telah diinfeksi oleh bakteri Mycobacterium fortuitum pada level 108 cfu/ml. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun kipahit pada level konsentrasi 10.000 mg/l dapat menghambat pertumbuhan bakteri uji, sedangkan perendaman ikan uji yang terinfeksi bakteri dengan dosis yang sama dengan lama perendaman 3 jam dapat digunakan untuk pengobatan penyakit Mycobacteriosis.
Penggunaan bahan-bahan alami digunakan untuk pengendalian jamur antara lain dapat menggunakan kunyit, bawang putih, daun sirih, daun pepaya dan brotowali. Bahan-bahan ini dapat berguna untuk membasmi penyakit jamur yang menempel pada tubuh ikan, walaupun dalam membasmi suatu penyakit dengan menggunakan bahan-bahan alami memiliki waktu yang lama. Kemudian dari ke-5 bahan-bahan alami yang dapat menyembuhkan penyakit jamur pada ikan yaitu bawang putih. Sumber lain menyampaikan informasi adanya manfaat dari tanaman alami untuk obat seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Tanaman obat dan manfaatnya
No. Jenis Tanaman Dosis Peruntukan/Khasiat
1. Bawang putih 25mg/l Obati serangan Aeromonas hydrophila pada ikan patin
2. Daun sirih 2gr/60ml Obati serangan Aeromonas hydrophila pada ikan lele
3. Daun jambu biji 0,2gr/60ml Obati serangan Aeromonas hydrophila pada ikan lele
4. Daun sambiloto 2gr/60ml Obati serangan Aeromonas hydrophila pada ikan lele
5. Daun jombang dan ketapang 60gr/l Obati serangan Aeromonas hydrophila pada ikan patin
(Zainal Abidin, 2005)

PENUTUP
Penggunaan tumbuhan obat tradisional dalam pencegahan dan pengobatan penyakit ikan memiliki kelebihan antara lain mudah diperoleh, murah, efektif untuk mencegah dan mengobati penyakit ikan, dan relatif aman bagi ikan, lingkungan, dan manusia yang mengonsumsinya (konsumer). Selain itu, kelebihan lainnya adalah tidak menimbulkan resistensi pada patogen
Penyakit ikan telah menjadi sebuah trauma bagi insan perikanan, khususnya pembudidaya. Penyerangan penyakit bisa merugikan mereka, bahkan bisa membuatnya bangkrut. Agar tidak terjadi maka harus dilakukan pencegahan. Bagaimana melakukan pencegahan itu tergambar dalam artikel ini.
Penyakit ikan dapat diartikan sebagai suatu organisme yang hidup dan berkembang dalam tubuh ikan sehingga organ tubuhnya terganggu (Arie, 2001). Dengan terganggunya organ tubuh maka terganggu pula seluruh jaringan tubuh ikan. Bila serangan penyakit sangat parah, kematian tak bisa dihindarkan dan bisa menimbukan kerugian yang sangat besar.
Timbulnya suatu penyakit pada ikan dapat disebabkan tiga factor, yaitu kondisi tubuh ikan yang kurang baik, lingkungan kolam yang kurang baik dan patogen atau hewan lain pembawa penyakit. Ketiga factor tersebut mempunyai hubungan yang erat sekali sebab bila salah satu factor terjadi maka serangan penyakit pasti terjadi.
Oleh sebab itu untuk mencegah timbulnya penyakit, maka kondisi tubuh ikan dan lingkungan hasru di jaga agar tetap baik dan hindarilah masuknya hewan pembawa penyakit. Kondisi tubuh ikan yang kurang baik dapat terjadi akibat lingkungan yang kurang baik, misalnya kualitas airnya buruk. Kondisi ini dapat menyebabkan napsu makannya menurun yang akhirnya menjadi loyo. Dalam kondisi tubuh yang loyo, kemudian ada patogen, maka terjadilah serangan penyakit.
Beda lagi kalau kondisi tubuh ikan baik, bagaimanapun buruknya lingkungan dan ada tidaknya patogen serangan penyakit tidak akan terjadi, asalkan tidak berlangsung lama. Jadi salah upaya pencegahan dalam budidaya ikan adalah bila melihat kualitas air yang kurang baik segera lakukan penggantian air.
Bila dilihat dari sifat penyerangannya, penyakit ikan dapat dibedakan ke dalam dua golongan,yaitu endotern dan exotern. Endotern adalan jenis-jenis penyakit yang biasa menyerang tubuh bagian dalam, seperti hati, paru-paru, usus, dan bagian tubuh dalam lainnya. Sementara exotern adalah jenis-jenis penyakit yang menyerang organ tubuh bagian luar, seperti kaki (pada bullfrog), perut, kepala dan bagian tubuh luar lainnya.
Serangan penyakit pada ikan dapat terjadi pada fase telur, fase berudu, fase percil dan fase bullfrog dewasa. Beberapa penyakit bullfrog yang sering terjadi di Indonesia, diantaranya penyakit kapas, ekor putih, spring plague, tuberculosis, kaki merah (pada bullfrog), kembung (dropsy pada bullfrog), borok dan mata putih.
Dalam mengendalikan hama dan penyakit, pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif dibandingkan dengan pengobatan. Selain tidak menimbulkan efek sampingan, tindakan pencegahan juga tidak mememerlukanbiaya yang besar. Pencegahan senaiknya dilakukan sebelum kegiatan pemeliharaan dimulai atau pada saat tanda-tanda serangan penyakit mulai terlihat untuk mencegah meluasnya penyakit.
Inilah kiat untuk mencegah penyakit (1). Mengeringkan kolam untuk memotong siklus hidup penyakit. (2) Melakukanpengapuran pada waktu persiapan kolam sehingga dapat membunuh hama dan penyakit, selain itu juga dapat meningkatkan pH. (3) Menjaga lingkungan sesuai dengan yang dibutuhkan bullfrog. (4). Menjaga kondisi lingkungan kandang agar tetap bersih
(5). Melakukan penebaran dengan padat tebar bullfrog yang optimal. Tujuannya untuk mengurangi terjadinya kontak badan langsung dan untuk menghindari kanibalisme. (6). Memberikan pakan tambahan yang cukup, tetapi tidak berlebihan sebab paka yang berlebihan dapat mencemari lingkungan hidup bullfrog (7). Melakukan penanganan yang baik agar tidak menimbulkan luka pada tubuh bullfrog.
(8) Menghindari masuknya binatang-binatang pembawa penyakit seperti burung dan siput. Apabila tindakan pencegahan masih belum berhasil dan bullfrog masih terserang penyakit maka baru dilakukan pengobatan. Tindakan pengobatan sebaiknya merupakan tindakan terakhir sebab selain mempunyai efek sampingan juga membutuhkan biaya yang besar. Jangan sampai harga obatnya melebihi harga jual bullfrog yang akan diobati. Ini sangat tidak ekonomis.
Berikut ini beberapa kiat pengobatan yang bisa dilakukan dalam pengobatan ikan (1). Pengobatan langsung, yaitu dengan menebarkan bahan kimia atau obat ke wadah pemeliharaan bullfrog secara langsung dengan dosis dan waktu yang telah ditentukan. (2). Treatment, yaitu dengan merendam bullfrog-bullfrog yang terserang penyakit ke dalam suatu larutan bahan kimia atau obat dengan dosis dan waktu yang telah ditentukan.
(3) Pengobatan melalui makanan (oral), yaitu dengan memberi pakan yang sudah dicampur obat dengan dosis tertentu pada bullfrog yang sudah terserang penyakit. (4). Pengobatan langsung pada bullfrog yang terserang, yakni dengan mengambil bullfrog-bullfrog yang terserang lalu diolesi obat yang sesuai atau disuntik.


Perhatian terhadap dunia perikanan saat sudah ini semakin besar. Kesadaran masyarakat akan gizi yang berasal dari produk perikanan mendapat perhatian dari pemerintah, dimana pemerintah terus menggalakkan budaya mengkonsumsi ikan yang menuntut ketersediaan produk perikanan yang kontinyu dalam jumlah yang cukup. Pemenuhan ketersediaan produk perikanan salah satunya adalah dengan cara budidaya. Masyarakat Indonesia sebagian telah mengenal cara-cara budidaya beberapa jenis ikan yang pengetahuannya diperoleh secara turun-temurun maupun dari akademis.
     Sayangnya penyakit yang merupakan salah satu penghambat pada budidaya produk perikanan terus berkembang seiring dengan evolusi makhluk hidup dan teknologi yang digunakan. Untuk mengatasi masalah tersebut sampai saat ini masih terus dilakukan upaya mencari cara penanggulangan yang cepat, efektif dan effisien . ABDI TANI edisi lalu telah menyampaikan beberapa informasi tentang parasit yang biasa menyerang ikan air tawar. Pada edisi kali ini ABDI TANI ingin me-nyampaikan jenis parasit lain dan sedikit gambaran mengenai jamur.
Bentuk morfologis dari
hyfa Jamur Saprolegnia
Sporozoa
     Sporozoa (binatang bersel satu), merupakan klas yang terdiri bermacam jenis binatang. Yang terkenal sebagai parasit ikan diantaranya adalah Myxobulus sp. yang berada pada jaringan tubuh ikan.
Gejala penyerangan adalah timbulnya benjolan-benjolan yang bila dipecah berisi spora yang banyak jumlahnya berbentuk seperti biji yang berlilit tebal. Pada bagian yang runcing terdapat struktur yang disebut polar capsule. Spora ini hanya 10-20 mikron (1 mikron = 0,001 mm) saja besarnya. Jika tertelan oleh ikan, spora ini akan melepaskan semacam anak panah dari polar capsule-nya. Anak panah ini terikat dengan semacam benang halus kepada polar capsule, sehingga setelah menancap pada dinding kulit ikan, spora tadi akan bergantungan pada dinding usus.
     Berikutnya dinding usus akan larut dan keluarlah binatang yang dapat bergerak seperti amuba. Binatang ini akan masuk kedalam peredaran darah ikan dan beredar keseluruh tubuh ikan. Sarang-sarang spora inilah yang terlihat sebagai benjolan-benjolan.
     Sering dilaporkan penyakit yang ditimbulkan oleh Sporozoa ini menyerang benih ikan. Oleh peternak ikan sering disebut penyakit bengkak insang, karena ikan yang terserang insangnya menjadi bengkak.
Sebagaimana disebutkan oleh Van Duijn (1963), sampai saat ini belum diketemukan cara pengobatan yang efektif untuk penyakit ini. Satu-satunya cara untuk mencegah penyakit ini, ialah semua ikan yang terkena penyakit ini dimusnahkan, kolam dikeringkan dan kemudian kolam diberi kapur.
Endoparasit
     Aeromonas dan Pseudomonas merupakan salah satu contoh bakteri yang sering dijumpai menyerang ikan-ikan sehingga mengakibatkan kematian masal pada ikan budidaya. Penyakit ini mengakibatkan kerusakan pada daging, limpa dan hati, dan juga menyebabkan gejala bisul-bisul yang berkembang menjadi borok.
     Pemberantasan sampai tuntas sangat sulit dilakukan karena pada umumnya bibit penyakit berupa bakteri sangat kecil dan mudah tersebar di semua perairan. Karena air adalah media penular yang membawa bibit penyakit secara luas dan mudah, maka harus dimengerti bahwa ikan akan terhindar dari serangan penyakit apabila berada pada kondisi baik yang artinya makanan cukup, bersih dari segala pencemaran, agar ikan mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap organisme penyebab penyakit. Tindakan untuk menciptakan kekebalan alami ini tercakup dalam kegiatan pengelolaan persiapan lahan maupun pemeliharaan kondisi ikan dan media budidaya selama usaha budidaya berlangsung.
Jamur Saprolegnia
     Untuk ikan yang belum begitu parah kondisi sakitnya biasanya diambil tindakan pengobatan menggunakan antibiotik. Dosis yang dianjurkan adalah untuk setiap 100 gram berat badan ikan diusahakan dapat mengkonsumsi 1 mg antibiotik per hari, selama 2-3 minggu. Yang harus menjadi perhatian adalah pemberian dengan dosis yang tepat. Apabila perhitungan dosis kurang cermat, maka bakteri akan kebal terhadap obat tersebut. Hal ini mengakibatkan obat ini tidak ampuh lagi untuk memberantas bakteri tersebut.
     Selain kelompok parasit ada juga organisme yang tumbuh pada ikan-ikan yang sebelumnya sudah terluka, lemah, sakit atau pada ikan yang sudah mati yang bernama jamur. Jamur juga menyerang telur-telur yang gagal menetas dan kemudian menulari telur-telur lain yang sehat bahkan dapat menyerang larvanya .
     Jamur terdapat di semua jenis perairan air tawar terutama yang mengandung banyak bahan organik. Jamur hidup sebagai saprofit pada jaringa tubuh, merupakan penyakit sejati, karena jamur tidak dapat menyerang ikan-ikan yang betul-betul sehat, melainkan menyerang ikan-ikan yang sudah luka atau lemah.
     Jamur khususnya Saprolegnia dapat menyerang semua jenis ikan di segala macam lingkungan. Tanda adanya jamur ini terlihat sebagai serabut putih seperti kapas yang tumbuh pada bagian tubuh ikan yang luka. Ikan yang diperlakukan kurang cermat waktu penangkapan dan pengangkutan sering menderita luka-luka yang kemudian tumbuh jamur.
Luka yang diakibatkan gejala serangan jamur
     Cara pencegahan yang biasa dilakukan adalah dengan cara penanganan yang cermat, tidak menempatkan ikan dalam tempat yang sempit sehingga menyebabkan berdesakan dan ikan menjadi terluka. Yang harus lebih mendapat perhatian adalah tempat budidaya yang memiliki kandungan bahan organik tinggi misalnya kolam yang dipupuk menggunakan pupuk organik saja.
Dari beberapa tulisan yang diperoleh menyebutkan beberapa cara pengobatan ikan yang terkena jamur antara lain :
- Ikan direndam menggunakan Kalium Permanganat (PK), 1 gram per 100 liter air selama 60-90 menit.
- Ikan direndam dalam larutan garam dapur dengan dosis 10 gram per liter selama 10 menit.
- Ikan direndam menggunakan Malacyte Green
     Serbuk Malacyte Green dilarutkan dalam air sebagai larutan baku (1 gram dalam 450 ml air). Untuk merendam ikan 1-2 ml larutan baku itu diencerkan dalam air 1 liter untuk merendam selama 1 jam.
Begitu pula dalam penetasan telur-telur ikan, sangat perlu dibiasakan menggunakan Malacyte Green ini 1 gram per 200 liter air, selama 1 jam. Pencegahan jamur pada telur ikan sangat perlu dilakukan apabila telur ikan ditetaskan di dalam corong-corong penetas pada pembenihan ikan buatan.
     Dari paparan ini sedikit banyak telah diketahui beberapa hal tentang penyakit parasiter. Tetapi dapat dibuat juga sebuah gambaran bahwa untuk usaha budidaya, pemeliharaan kondisi kualitas air harus dijaga untuk mencegah timbulnya penyakit. Karena bagaimanapun modernnya ilmu pengobatan, pencegahan adalah alternatif pilihan yang lebih baik.
(Prabowo MU, MD Departement : dari berbagai sumber)
I. Pendahuluan
Dokter hewan yang merupakan dokternya semua hewan, termasuk Ikan. Meskipun ikan dalam UU perikanan tidak tergolong dalam domain hewan, tetapi anak SD saja sudah pasti tahu kalo ikan adalah bagian dari hewan. Mudah-mudahan egois sektoral dapat segera terselesaikan karena pada prinsipnya adalah sama-sama memajukan perikanan Indonesia. Toh, seorang sarjana perikanan harus bekerjasama dengan bidang lain dalam membangun perikanan nasional yang maju dan mandiri.
Penyakit pada ikan merupakan salah satu masalah yang sering dijumpai dalam usaha budidaya ikan. Di Indonesia teah diketahui ada beberapa jenis ikan air tawar, dan diantaranya sering menimbulkan wabah penyakit serta menyebabkan kegagalan dalam usaha budidaya ikan
Adanya penyakit ikan erat hubungannya dengan lingkungan dimana ikan itu berada. Untuk itu dalam pencegahan dan pengobatan penyakit ikan, selain dilakukan pengendalian terhadap lingkungan juga perlu diketahui hal-hal yang berkaitan dengan timbulnya penyakit ikan itu sendiri.
Dengan adanya informasi ini diharapkan para pembudidaya ikan dapat mengetahui secara dini gejala awal serangan penyakit, serta dapat melakukan langkah-langkah pencegahan terhadap timbulnya penyakit ikan secara mudah.
II. Gejala umum gangguan penyakit ikan
1.Ikan sering berenang di permukaan air dan terlihat terengah-engah (megap-megap).
2.Untuk jenis ikan yang sering berkelompok, meka ikan yang tidak sehat akan memisahkan diri dan berenang secara pasif.
3.Ikan berenang oleng, dan loncat-loncat tidak teratur.
4.Adanya tanda-tanda tertentu pada tubuh ikan, misalnya bercak merah, bercak putih, bisul atau adanya jamur.
5.Insang terlihat pucat.
6.Lendir berkurang dan tidak merata.

III. Pencegahan Penyakit Ikan
1. Perbaikan lingkungan kolam.
* Pengeringan dan penjemuran kolam dilakukan secara periodik 4 – 5 bulan sekali atau setelah ikan dipanen.
* Pengapuran kolam dengan dosis 10 – 20 gram kapur tohor per m2
* Pemberantasan hama dengan larutan PK 20 ppm untuk kolam yang tidak ada ikannya selama 1 hari.
* Pembuatan bak saringan pengendapan air.
2. Meningkatkan daya tahan tubuh ikan.
3. Perawatan Kesehatan ikan


IV. Beberapa Jenis Penyakit Ikan
1. Penyakit Jamur.
Penyebab
* Jamur Saprolegnia
* Jamur Achlya

Tanda-tanda :
* Tubuh ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas
* Serangan pada telur dapat menghambat pernapasan sehingga menyebabkan telur mati/ tidak menetas.

Pengobatan :
* Ikan direndam dalam larutan Malachite Green 2-3 ppm selama 30 – 60 menit.
* Bagian yang terserang diolesi dengan PK (Kalium Permanganat) 10 ppm.
* Untuk pencegahan pada telur, kakaban, eceng gondok, ijuk direndam dalam larutan Malachite Green 2 ppm selama 30 – 60 menit.
* Dapat diulangi 2-3 kali dengan selang 3 hari

2. Penyakit Golongan Cacing.
Penyebab :
* Cacing Dactylogyrus menyerang insang
* Cacing Gyrodactylus menyerang kulit.

Tanda – tanda :
* Insang ikan rusak, luka dan timbul perdarahan.
* Sirip ikan menguncup, bahkan kadang terjadi kerontokan pada sirip ekor.
* Ikan menggosok-gosokkan badannya ke dasar kolam atau benda keras lainnya.
* Kulit menjadi berlendir dan berwarna pucat.

Pengobatan :
* Ikan direndam dalam larutan formalin teknis (Formalin 40 %) 250 ml dalam 1 m3 air selama 15 menit.
* Direndam dalam larutan Methylen Blue 3 ppm selama 24 jam.
* Direndam dalam larutan Malachite Green 2-3 ppm selama 30 – 60 menit.

3. Penyakit Golongan bakteri.
Penyebab :
* Bakteri Aeromonas
* Bakteri Pseudomonas

Tanda – tanda :
* Ikan lemah bergerak lambat, bernafas megap-megap di permukaan air.
* Warna insang pucat dan warna tubuh berubah gelap.
* Terdapat bercak-bercak merah pada bagian luar tubuhnya dan kerusakan pada sirip, insang dan kulit.
* Mula-mula lendir berlebihan, kemudian timbul perdarahan.

Pengobatan :
* Ikan direndam dalam larutan PK 20 ppm selama 30 menit.
* Untuk ikan besar, pengobatan dapat dilakukan dengan penyuntikan dengan dosis 0,5 cc Terramycine untuk 1 Kg berat ikan. Tempat penyuntikan umumnya di bagian punggung.
* Pengobatan dapat melalui makanan 1 gram atau 1 cc Terramycine dicampur dalam makanan untuk 1 kg berat ikan selama 6 – 10 hari.
* Direndam dalam larutan obat tetracyline dan kemicytine atau Chloramphenicol 250 gram dalam 500 liter air selama 2 jam. Pengobatan ini dapat diulangi tiap hari sekalai selama 3 sampai 5 hari.


No

Jenis Penyakit Ikan
Yang Terserang

Tanda-Tanda
Cara Pencegahan
Cara Pengobatan
1





2






3






4




5





6



7



8




9



10
















11




12




Penyakit Jamur
(Saprolegnia




Bintik Putih (White
Spot/ Ichthyopitirius
multifilis



Penyakit parasiter
(Tricodina sp)





Penyakit insang (Myxo
bolus sp)


Penyakit bengkok
badan (Myxosoma sp)



Cacing insang (Dactylo
girus)

Cacing kulit (Gyrodac
tilus)

Lernea (Lerneae cypri
nidae)


Kutu air (Argulus indi
cus)

Bakteri (Aeromonas
dan Pseudomonas)















Hama sebeasan (Noto
necta)


Hama ucrit (larva
cybister)




Gurami, Mas, Ikan Hias,
telur ikan



Ikan air tawar terutama
ikan hias




Ikan air tawar






Ikan berukuran 3-5 cm



Ikan Mas ukuran 5-12 cm




Seluruh ikan air tawar


Seluruh ikan air tawar


Benih ikan




Gurami, Mas



Hampir seluruh jenis ikan















Benih ikan




Hampir seluruh jenis ikan


Terdapat gumpalan spt kapas pada punggung
berwarna putih kecoklatan
Terdapat bercak-bercak warna kelabu atau
kehitam-hitaman pada kulit ikan

Terdapat pendarahan yang sering terlihat pada
sirip dan insang ikan




Kulit ikan terkelupas






Timbul benjolan-benjolan pada insang ikan




Timbul benjolan-benjolan pada badan apabila
dipecahkan berisi beribu-ribu spora



Tubuh menjadi pucat, menyerang insang dan
mempunyai 4 tonjolan

Tubuh menjadi pucat, menyerang kulit,
mempunyai 2 tonjolan


Terjadi penempelan pada bagian ikan bahkan
dapat terkumpul dalam rongga insang ikan


Bagian yang terserang sirip dan sisik ikan



Ikan bergerak lambat, megap-megap tetapi ada
kalanya secara tiba-tiba bergerak cepat dan
mendadak
Warna insang menjadi pucat sampai kebirubiruan
Terdapat bercak-bercak merah pada bagian
luar tubuhnya, kadang-kadang diikuti
kerusakan pada sirip, insang dan kulit
Mula-mula lendirnya berlebihan kemudian
berkurang cepat sehingga tubuhnya terasa
kesat



Menempel pada telur atau benih ikan




Terjadi pengisapan cairan tubuh atau daging ikan


Merendam kakaban yang telah dilekati
telur ikan dalam MG 2-3 ppm selama 0,5 –
1 jam



1. Bak/ akuarium dicuci bersih dengan
formalin 200-300 ppm selama 0,5-1
jam
2. Bak/ akuarium dijemur
3. Pengeringan, penjemuran, pengapuran
selama 5-7 hari

Kepadatan ikan dikurangi






1. Pengeringan, pengapuran (100-200
gr/m2) dengan cara ditebarkan di dasar
kolam atau diaduk dalam lumpur
2. Pemasangan filter/ bak pengendapan

1. Pengeringan, pengapuran (100-200
gr/m2) dengan cara ditebarkan di dasar
kolam atau diaduk dalam lumpur
2. Pemasangan filter/ bak pengendapan


Pengeringan dan pengapuran



Pengapuran dan pengeringan



1. Penyaringan air yang akan masuk ke
dalam kolam
2. Padat penebaran ikan dikurangi


Ikan yang akan ditebar direndam dalam
larutan NaCl (garam dapur) 2% selama 5-
10 menit

1. Hendaknya ikan cukup makan
2. Kondisi air harus baik
3. Oksigen yang tersedia harus cukup
4. Padat penebaran ikan dikurangi













Penyaringan air yang akan masuk ke
dalam kolam



 Penyaringan air yang akan masuk ke
dalam kolam
Malachet Green (MG) 60 ppm
selama 10-20 detik
2. MG 2-3 ppm selama 1 jam
3. Formalin 150-200 cc/ 100 liter
air selama 15 menit

1. MG 0,1 ppm selama 24 jam
2. MG 0,1 ppm dan formalin 15-25
ppm selama 24 jam




1. Cu SO4 (terusi) 0,25 ppm selama
24 jam
2. K MnO4 (PK) 2-3 ppm selama
24 jam
3. Formalin 15-25 ppm selama 24
jam
4. MG 0,1 ppm selama 24 jam















1. PK 2-3 ppm selama 24 jam
2. Formalin 15-25 ppm selama 24
jam
3. Dipterex 0,25 ppm
1. PK 2-3 ppm selama 24 jam
2. Formalin 15-25 ppm selama 24
jam
3. Dipterex 0,25 ppm

1. Dipterex 0,5-0,1 ppm selama 24
jam
2. Formalin 25 ppm selama 24 jam

1. Dipterex 0,5-0,1 ppm selama 24
jam
2. Formalin 25 ppm selama 24 jam



1. Formalin 40% dosis 0,25 ppm
selama 15-30 menit
2. PK 20 ppm selama 30 menit
3. Larutkan 10 gr MG kedalam 1
liter air. Diambil 15 cc lalu
campurkan dengan 25 cc
formalin 40% dan masukan
kedalam 1 m3 air bersih.
Rendamkan ikan selama 24 jam


Minyak tanah 0,5 liter untuk 500 m3
air



Kolam disemprot sebelum ditebari
ikan dengan Sumithion 0,5 ppm
selama 24 jam







Tidak ada komentar:

Posting Komentar