Sabtu, 09 Oktober 2010

Dzikir

Beberapa bacaan-bacaan dzikir dan doa yang telah dibuat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pada masa hidup beliau, antara lain:
1. Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu beliau mengatakan bahwa Rasulullah beristighfar (membaca astaghfirullahal ‘azhim) tiga kali setiap selesai sholat. Kemudian Nabi membaca doa,
“Allahumma antassalam wa minkassalam tabarakta ya dzaljalali wal Ikram.”
(Ya Allah Engkaulah Assalam, dan dari Engkaulah segala Keselamatan, Maha Mulia Engkau Wahai Yang Memiliki Keperkasaan dan Kemuliaan).
(Hadis Riwayat Imam Muslim).
2. Dari Al Harits at Tamimi radhiyallahu ‘anhu adalah Rasulullah telah mengajarkan kepadanya secara diam-diam (berbisik):
“Apabila engkau telah selesai mengerjakan sholat magrib, maka bacalah olehmu,
“Allahumma ajjirni minannaar”
(Ya Allah selamatkan aku daripada azab neraka) sebanyak 7 kali,
karena apabila engkau mati pada malam itu ketika engkau telah membaca doa tadi, maka wajib atasmu apa yang kau minta itu.
Apabila engkau selesai sholat subuh maka bacalah doa yang sama sebanyak 7 kali, karena sesungguhnya jika engkau mati di siang harinya, maka wajiblah atasmu apa yang engkau minta (yakni kebebasan dari neraka).”
(Hadis Riwayat Muslim dan Abu Dawud). 3. Dari Al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu, adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam apabila telah selesai mengerjakan sholat dan memberi salam maka Beliau berdoa:
“Laa ilaha illallah wahdahu la syarikalah, lahulmulku wa lahulhamdu wahuwa ‘ala kulli sya-in qadir.” (Tiada Tuhan yang disembah selain Allah, Maha Esa lagi tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nyalah segala kekuasaan, dan bagiNyalah segala Pujian, dan Dia atas segala sesuatu Maha Kuasa). (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim).
Tetapi ada tambahan kalimat yuhyi wa yumit (Yang Maha Menghidupkan dan Maha Mematikan), setelah kata wa lahulhamdu. Bacaan ini sudah biasa diamalkan oleh kaum muslimin di Indonesia selama ratusan tahun pula. Amalan dan tambahan kalimat itu dikutip dari Hadis Riwayat Imam Turmudzi, Hasan Shohih. Hal ini penting kami tuliskan karena ada segelintir umat Islam yang rajin menuduh bid’ah kepada orang yang menambahkan kalimat yuhyi wa yumit itu, padahal sebenarnya tambahan kalimat ini justru sunnah Nabi, bukan bid’ah! 4. Kemudian Nabi membaca doa:
“Allahumma laa mani’a lima a’thaita, wa laa mu’thiya lima mana’ta wa laa yanfa’ul jad minkal jad.” (Ya Allah,tiada yang dapat mencegah akan apa yang telah Engkau berikan, dan tidak ada yang dapat memberi akan apa yang telah Engkau cegah. Dan tidak memberi manfaa orang yang memiliki kesungguhan, karena kesungguhan adalah dari Engkau. (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim). 5. Kemudian Nabi juga ada membaca doa:
”La hawla wala quwwata illa billahi, la ilaha illah wa la na’budu illa iyyahu, lahunni’matul walfadhlu walahutstsina-ul hasanu, La ilaha illah mukhlishina lahuddina, walaukarihal kafirun.” (Hadis Riwayat Muslim). Abdullah bin Zubair radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa Nabi menyuarakan takbir ini setiap selesai sholat lima waktu. Ini juga merupakan salah satu lagi dalil berdzikir bersuara (jahar) setelah sholat fardhu. (Lihat Al-Adzkar, Imam Nawawi halaman 77). 6. Rasulullah ada mengajarkan para shahabat yang miskin-miskin untuk melakukan dzikir setelah sholat fardhu:
“Ucapkanlah olehmu, “Subhanallah, Alhamdulillah, dan Allahu Akbar setelah selesai sholat fardhu sebanyak 33 kali”. (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim). Hadis ini lebih dijelaskan lagi dalam syarah hadis Abu Sholih yakni orang yang meriwayatkan hadis ini langsung dari Abu Hurairah bahwa cara mengerjakannya adalah sekaligus digabungkan/disatukan seperti ini:
“Subhanallah…walhamdulillah…wallahu Akbar…semuanya total berjumlah 33 kali.
Dalam hadis riwayat Imam Muslim dari Ka’ab bin Ujrah radhiyallahu ‘anhu, Nabi telah bersabda: “Senantiasa tidak kecewa orang yang membaca dzikir setelah sholat fardhu dengan kalimat; Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, dan Allahu Akbar 34 kali.” (Hadis Riwayat Muslim).
Dzikir ini dibuat secara terpisah, tidak bergabung menjadi satu seperti amalan hadis yang sebelumnya.” Meskipun cara ini sedikit berbeda, namun tetap sunnah dan telah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Dalam hadis yang lain dikatakan setelah membaca Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, Allahu Akbar 33 kali, maka hendaklah disempurnakan menjadi seratus kali dengan kalimat, ; “La ilaha illallah wahdahu laa syarikalah lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qadir”. Maka siapa yang melakukan hal ini akan diampunkan Allah seluruh dosa-dosanya walau dosanya sebanyak buih di lautan. (Hadis Riwayat Muslim). 7. Dan diriwayatkan dalam kitab Ibnu Sunni oleh Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu telah berkata dia:
“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam jika telah selesai mengerjakan sholatnya, maka Beliau mengusap keningnya dengan tangan kanannya kemudian beliau membaca, “Asyhadu anlaa ilaaha illallah, arrahmaanurrahim, Allahummadz hib ‘annil hamma wal hazan.” (Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Mengasihani, Ya Allah buanglah daripadaku kegunda-gulanaan dan kesedihan). 8. Dan diriwayatkan dengan sanad yang shahih dalam kitab Sunan Abu Dawud dan Nasai dari Mu’adz bin radhiyallahu ‘anhu:
“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah memegang tanganku seraya Nabi bersabda, “Wahai Mu’adz, demi Allah sesungguhnya aku sangat mencintaimu.
Kemudian Beliau menyambung ucapannya lagi,
“Aku berwasiat kepadamu wahai Mu’adz, janganlah engkau meninggalkan bacaan dzikir ini setelah selesai melakukan sholat.
Ucapkanlah olehmu,
“Allahumma a’inni ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik.”
(Ya Allah, tolonglah aku dalam mengingatMu dan bersyukur kepadaMu dan beribadah kepadaMu dengan sebaik-baiknya).
Wallahu A’lam Bishshowab




Subhanallah...




<!-- google_ad_section_start(name=default) -->
Minggu, 07 Februari 2010
Dzikir dan Doa sebagai Psikoterapi dalam Perspektif Alquran dan Hadist

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dzikir, doa, dan tilawah Alquran merupakan amalan seorang muslim dalam membangun fisikal dan psikologikal serta dapat dijadikan sebagai sarana psikoterapi guncangan jiwa, kecemasan, dan gangguan mental.

Ibadah dzikir, doa, dan tilawah Alquran adalah upaya mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Seorang individu dalam masa pengobatan dan pemulihan diharuskan berzikir, berdoa, dan bertilawah Alquran secara kontiniu dan tidak boleh terputus, sehingga diyakini bahwa pasien sudah benar-benar sembuh dari penyakit mental yang dihadapinya.

Berdzikir secara terus-menerus merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan kecintaan kepada Allah SWT karena yang paling berhak untuk dicintai dan dimuliakan hanyalah Allah SWT. Dzikir bagi hati laksana air bagi ladang pertanian, bahkan seperti air bagi ikan yang takkan hidup tanpa air.

Allah berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, sebutlah nama Allah (bedzikirlah) dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS: Al-Ahzab 41)

Zikir yang diamalkan oleh seorang muslim secara terus-menerus dan tidak terputus akan menjadi tenaga inovatif dalam diri individu yang sedang menghadapi penyakit hati, penyakit mental dan gangguan mental. Dengan berzikir, seorang muslim merasa berdampingan dan dekat dengan Tuhannya. Dengan berzikir seorang muslim menjadi tenang dan tenteram.

Allah berfirman: ‘’Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram.’’ (QS: Al-Ra’d 28)

Kebiasaan seorang muslim dalam mengingat Allah seperti membaca takbir, tahmid, tasbih, tahlil, dan istighfar dapat menjadi obat penawar bagi segala jenis penyakit mental, menenangkan dan menenteramkan pikiran yang kacau, sehingga menjadi sehat dan selaras antara diri dengan alam sekitarnya. Apabila seorang muslim membiasakan diri mengingat Allah, maka individu itu merasakan bahwa ia dekat dengan Allah dan berada dalam perlindungan dan penjagaan-Nya. Dengan demikian, akan timbul dalam dirinya perasaan percaya pada diri sendiri, teguh, tenang, tenteram dan bahagia. Zikir kepada Allah bisa menjadi energi hati, motivasi hati, dan boleh juga menjadi sebuah metode dalam mewujudkan kesehatan mental. Merasa dekat dengan Allah, seyogyanya menjadikan diri terawasi dan terjaga untuk tidak tergelincir dan terjerumus ke dalam perkara-perkara yang mendatangkan dosa dan maksiat.

1.2 Rumusan masalah 1. Apa yang dimaksud dzikir dan doa dalam persperktif Al-quran dan hadist? 2. Apa manfaat dzikir dan doa sebagai psikoterapi kesehatan mental? 3. Jelaskan macam-macam dzikir dan doa! 4. Bagaimana hubungan psikoterapi dzikir dan doa dengan kesehatan mental?

1.3 Tujuan Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah: 1. Menjelaskan pengertian dzikir dan doa dalam persperktif Al-quran dan hadist 2. Menjelaskan manfaat dzikir dan doa sebagai psikoterapi kesehatan mental 3. Menjelaskan macam-macam cara dzikir dan doa 4. Membantu mahasiswa dalam mengatasi masalah kesehatan mental dengan metode dzikir dan doa

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Dzikir dan Doa dalam Persperktif Al-quran dan hadist Secara umum dzikrullah adalah perbuatan mengingat Allah dan keagungannya dalam bentuk yang meliputi hampir semua ibadah, perbuatan baik, berdoa, membaca Al Quran, mematuhi orang tua, menolong teman yang dalam kesusahan dan menghindarkan diri dari kejahatan dan perbuatan dzalim. Dalam arti khusus dzikrullah adalah menyebut nama Allah sebanyak-banyaknya dengan memenuhi tatatertib, metode, rukun dan syarat sesuai yang diperintah oleh Allah dan rosulnya. "Hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram". (QS. Ar Rad : 28)

Doa adalah suatu cara untuk bermunajat kepada Allah SWT dalam rangka memohon bantuan dan inayah, agar dilapangkan jalan menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak. Doa itu harus beriringan dengan keyakinan dan penuh pengharapan, yaitu sikap yang memastikan diri bahwa sesuatu yang dilakukannya akan berhasil. Dalam hal ini, seorang muslim yakin bahwa doanya pasti didengar oleh Allah SWT dan dikabulkan-Nya apa yang menjadi harapannya. Doa senantiasa dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa, apabila doa itu disertai dengan kerendahan hati dan suara yang lembut. Orang yang congkak dan tidak mau bermohon dan meminta bantuan kepada Allah SWT dianggap sebagai orang yang hina dan akan diazab di neraka Jahannam. Menurut itu Prof. Dr. Dadang Hawari, dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menyatakan bahwa berdoa dan berdzikir merupakan bentuk komitmen keagamaan seseorang yang merupakan unsur penyembuh penyakit atau sebagai psikoterapeutik yang mendalam. Doa dan dzikir merupakan terapi psikoreligius yang dapat membangkitkan rasa percaya diri dan optimisme yang paling penting selain obat dan tindakan medis. Berkaitan dengan itu , doa dan dzikir merupakan komitmen keimanan seseorang. Doa adalah permohonan yang dimunajatkan ke kehadirat Allah SWT. Dzikir adalah mengingat Allah SWT dengan segala sifat-sifat-Nya.

2.2 Manfaat Dzikir dan Doa sebagai Psikoterapi Kesehatan Mental

2.2.1 Manfaat Dzikir Banyak sekali rahasia dan manfaat dari amaliah dzikir yang dilakukan oleh para hamba yang beriman da bertaqwa, di antaranya yaitu daat menimbulkan ketenangan dan kedamaian dalam jiwa bagi yang mengamalkannya.

Orang yang melakukan aktivitas dzikir dalam kehidupa sehari-hari senantiasa menyelaraskan tujuan hidup mereka berdasarkan Manhaj Ilahiyah, yaitu semata-mata untuk beribadah pada Allah Azza wa Jalla. Orang-orang yang berdzikir akan meyadari akan hakikat ibadah kepada-Nya. Mereka seantiasa mengingat kasih sayang-Nya. Mereka senantiasa ingat akan tujuan hidupnya. Lalu ketika mereka dikaruniai oleh Allah harta yang banyak, mereka tidak lupa diri. Karena mereka meyakini, bahwa harta bukanlah tujuan utama hidup mereka. Dengan harta dan pangkat yang mereka miliki membuat mereka justru semakin dekat dengan Allah. Sebagai hasilnya, jiwa mereka menjadi tentram, tenang, dan damai. Mereka senantiasa mengingat Allah. Suatu hal yang sungguh mengagumkan dari pengalaman dzikir ini, yaitu adanya suatu penyerapan energi ilahiyah bagi orang yang senantiasa mengamalkannya. Orang yang rjain berdzikir mempuyai kedekatan hubungan dengan Allah (taqarrub ilahiyah). Hal ini mempunyai pengaruh dan dampak yag sangat hebat, baik dalam fisik maupun dalam jiwa para pengamal zikir. Nurrullah (cahaya Allah) itu begitu dekatnya dengan orang-orang yang berdzikir, sehingga merasakan cahaya-Nya masuk ke dalam hati, pikiran, badan, jiwa, darah, dan kulit mereka. Untuk itulah tidak mengherankan Nabi Shallaullahu Alaihi wa Sallam serig berdoa agar jiwa dan raganya menjadi cahaya yang berasal dari cahaya Rabb-nya.

Kalau seseorang telah mendapatkan cahaya Allah, maka kebahagiaan akan terpancar dalam kehidupannya sepanjang masa, baik di dunia maupun di akhirat. Cahaya tersebut akan terus mengikutinya hingga nyawa terlepas dari raga. Hingga ketika para ahli dzikir berada di alam kubur, cahaya tersebut akan menerangi kuburya. Dzikir dapat melapangkan kesempitan hidup. Orang yag rajin berdzikir, akan dimudahkan segala urusanya, baik urusa rezeki, pekerjaan, kesejahteraan, maupun kesehatan. Orang yang rajin berdzikir akan dimudahkan rezekinya, dimudahkan urusan pekerjaannya, dilapangkan kesejahteraannya, dan dijaga kesehatannya.

2.2.2 Manfaat Doa Doa merupakan unsur yag paling esensial daral ibadah. Ditegaskan oleh rasulullah SAW. “Tiada sesuatu yang paling mulia dalam pandangan Allah, selain berdoa kepada-Nya, sedang kita dalam keadaan lapang.” (H.R. Al-Hakim). Ada beberapa keutamaan yang akan kita peroleh dalam berdoa: 1. menunaikan kewwajiban taat dan menjauhi maksiat 2. memperoleh naungan rahmat Allah SWT 3. meringankan beban penderitaan 4. menolak bencana, dan menolak tipu daya musuh 5. menghilangkan kegundahan, serta memudahkan kesukaran dan terpenuhinya hajat.

2.3 Macam-macam Dzikir dan doa Dzikir kepada Allah bukan hanya semata-mata mengucapkan Asma Allah didalam lisan atau di dalam pikiran dan hati. Akan tetapi dzikir kepada Allah adalah ingat kepada Asma, Dzat, Sifat dan Af'al-Nya. Kemudian memasrahkan kepada-Nya hidup dan mati, sehingga tidak ada lagi rasa khawatir, takut maupun gentar dalam menghadapi segala macam mara bahaya dan cobaan.

Dzikir dibagi tiga: 1. Dzikir dengan lisan (zikr bil al-lisan), yakni membaca atau mengucapkan kalimat-kalimat takbir, tahmid, dan tahlil dengan bersuara. 2. Dzikir dalam hati zikr bi al-qalb), yakni membaca atau mengucapkan kalimat-kalimat takbir, tahmid, dan tahlil dengan membatin, tanpa mengeluarkan suara. Sebagian ulama menafsirkan dzikir dalam hati ni, adalah bertafakkur merenungi keMahabenaran dan keMahabesaran Allah SWT dengan penuh keyakinan dan perasaan tulus. 3. Dzikir dengan panca indra atau anggota badan (Zikr bi al-jawarih), yakni menundukkan seluruh anggota badan kepada Allah SWT dengan cara melaksanakan segala perintah dan meninggalkan segala larangan-Nya. Tentang dzikir dengan panca indra ini, sebagian ulama tasawuf memiliki pengertian dan konsep yang berdeda, yakni melalui tujuh penjuru panca indra: 1. Dzikir kedua mata dengan menangis 2. Dzikir kedua telingan dengan mendengarkan hal-hal yang baik 3. Dzikir lidah dan mulut dengan mengucapkan puji-pujian 4. Dzikir hati dengan penuh rasa takut dan harap kepada Allah SWT 5. Dzikir ruh dengan menyerah kepada Allah dan rela atas segala keputusan-Nya 6. Dzikir badan dengan memenuhi berbagai kewajiban 7. Dzikir kedua tangan dengan bersedekah

Pengungkapan dzikir tersebut merupakan kalimat tafakkur atas penciptaan Allah berupa gerak nafas dzikir seluruh mahluk-Nya baik yang tidak terlihat. Penghayatan dzikir ini sesuai dengan firman Allah:

"Yakni orang-orang yang berdzikir kepada Allah dengan berdiri, duduk dan berbaring dan bertafakkur tentang penciptaan langit dan bumi." (QS. Ali Imran: 191).

2.4 Hubungan Psikoterapi Dzikir dan Doa dengan Kesehetan Mental Psikoterapi adalah pengobatan alam pikiran, atau lebih tepatnya, pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis. Istilah ini mencakup berbagai teknik yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan emosionalnya. Dengan cara memodifikasi perilaku, pikiran, dan emosi, sehingga individu tersebut mampu mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikis. Dalam ajaran Islam, selain psikoterapi duniawi, juga terdapat psikoterapi ukhrawi. Psikoterapi ini merupakan petunjuk (hidayah) dan anugerah (’athâ`) dari Allah SWT, yang berisikan kerangka ideologis dan teologis dari segala psikoterapi. Sementara psikoterapi duniawi merupakan hasil ijtihâd (upaya) manusia, berupa teknik-teknik pengobatan kejiwaan yang didasarkan kaidah-kaidah insaniah.

Kemahakuasaan Allah tergambar dalam firman Allah surah asy-Syu’arâ` ayat 78-80, ”(Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjukiku, dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.” Juga telah Rasulullah SAW tandaskan dalam sabdanya, ”Allah tidak menurunkan suatu penyakit, kecuali penyakit itu telah ada obatnya.” (HR. al-Bukhari dari Abu Hurairah).

Psikoterapi dzikir dan doa dapat dijadikan psikoterapi untuk pengobatan keguncangan jiwa, kecemasan dan gangguan mental. Dzikir dan doa adalah metode kesehatan mental. Dengan berdzikir dan berdoa orang akan merasa dekat dengan Allah SWT dan berada dalam perlindungan dan penjagaannya. Dengan demikian akan timbul rasa percaya diri, teguh, tenang, tenteram dan bahagia.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Psikoterapi dzikir dan doa dapat dijadikan psikoterapi untuk pengobatan keguncangan jiwa, kecemasan dan gangguan mental. Dzikir dan doa adalah metode kesehatan mental. Dengan berdzikir dan berdoa orang akan merasa dekat dengan Allah SWT dan berada dalam perlindungan dan penjagaannya. Dengan demikian akan timbul rasa percaya diri, teguh, tenang, tenteram dan bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar